Home » Obyek Wisata Thailand » Unik! Kampung Jawa di Thailand, Sisi Lain dari Bangkok

Unik! Kampung Jawa di Thailand, Sisi Lain dari Bangkok

Unik! Kampung Jawa di Thailand, Sisi Lain dari Bangkok

Kampung Jawa di Thailand
Kampung Jawa di Thailand

Udah pada tau belum nih, kalau di pusat Kota Bangkok ada perkampungan tua yang keturunan Jawa dan beragama Islam? Iyaaa, nama kampungnya adalah Desa Koh Panyee atau dikenal dengan Kampung Jawa di Thailand. Dan adanya desa ini, jadi bukti keharmonisan hubungan antara Indonesia dengan Thailand yang udah dari ratusan tahun lalu. Bahkan, sebelum Indonesia merdeka, kampung ini udah ada lohh..

Kalau kamu menginjakkan kaki di sana, suasana kampung yang ramah dan menyenangkan, bahasa yang dipakai, sampai makanan yang ada pun gak beda jauh dari desa-desa yang ada di Jawa. Kamu juga akan disambut dengan ramah oleh penduduk di sana yang wajah-wajahnya tampak familier lengkap dengan nama-nama yang khas yang menunjukkan kalau mereka asli keturunan Jawa. Tapi, kamu penasaran gak sih, kok bisa orang Jawa menetap di Bangkok? Awal mulanya gimana ya?

Fakta Unik Tentang Kampung Jawa di Thailand

Suasana Bangkok bisa dibilang mirip kayak kota-kota besar yang ada di Indonesia. Ramai, lalu lintas padat, tata kota modern dengan gedung-gedung yang tinggi, dan juga udara yang panas. Makanya, banyak orang yang terheran-heran dengan adanya kampung yang kental dengan suasana Jawa di tengah kota Bangkok. Untuk menuntaskan rasa penasaran kamu tentang kampung ini, yuk kupas tuntas fakta unik dari Kampung Jawa di Bangkok ini bersama tourkeasia.com!

1. Berlokasi di Sathorn

Koh Panyee atau Kampung Jawa ini berlokasi di Sathron, salah satu distrik selatan Bangkok. Kamu bisa naik kereta untuk ke kampung ini dan turun di Stasiun Surasak. Dari stasiun tinggal jalan kaki aja dan cari gang pertama di sisi kiri. Atau tanya ke orang lokal, mana lokasi "Hong Lamat Jawa".

Pasti semua orang tau persisnya desa yang satu ini. Selain naik kereta, kamu juga bisa pakai taksi atau ojek. Sang supir biasanya akan mengarahkan untuk melewati gang yang ada di sebelah St. Louis Hospital. Kampung tua ini tepat di Jalan Rom Num Kheang 707, Yanawa.

Kampung Jawa Thailand
Kampung Jawa Thailand

2. Kunjungan Bersejarah Rama V ke Jawa

Kenapa Rama V memilih orang Jawa? Ternyata hal itu berawal dari kunjungan ke Jawa tahun 1871 yang berulang di tahun 1896 serta 1901. Ia ingin mempelajari seperti apa standar pemerintahan kolonial Belanda. Kunjungan itu disambut hangan sama Pemerintah Hindia Belanda saat itu. Bahkan Rama V memberi hadiah berupa patung gajah yang hingga saat ini masih berdiri gagah di halaman depan Museum Nasional Jakarta yang juga terkenal sebagai Museum Gajah.

Rama V terpesona dengan teknik pertanian dan berkebun orang Jawa saat kunjungan itu. Hingga ia mendatangkan beberapa tukang kebun Jawa ke Thailand untuk mengelola kebun kerajaan dan pengajar metode berkebun dan pembibitan. Sejak saat itulah, orang Jawa mulai berdatangan, tinggal, dan menetap di Bangkok. Mayoritas anak cucu mereka lahir dan besar di Thailand dan masih menetap di Sathron hingga sekarang.

3. Monumen Asal Muasal Kampung Jawa

Ada sebuah monumen berbahan batu granit yang menuturkan asal muasal Kampung Jawa, tepat di seberang Masjid Jawa. Tulisan pada monumen itu diukir dalam bahasa Thailand dan Inggris.

Sebagian orang Jawa yang berdagang di sana memutuskan menetap di Bangkok, pada era pemerintahan Raja Mongkut (Rama IV). Mereka menempati beberapa gang sempit di lingkungan pabrik es tua di subdistrik Kokkrabue, distrik Bangrak, serta sisi selatan kanal Sathorn.

Saat Raja Chulalongkorn (Rama V) memerintah, Ia mendatangkan orang-orang Jawa khusus untuk membangun taman dan gedung pemerintahan di Grand Palace. Tak butuh waktu lama, orang Jawa pun bermigrasi dengan cepat ke Bangkok.

Desa Koh Panyee
Desa Koh Panyee

4. Keturunan K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Jawa

Adanya perang terpaksa membuat orang Indonesia yang studi di luar negeri tak dapat pulang ke Tanah Air. Mereka terdampar di Thailand lalu tinggal di Kampung Jawa ini hingga anak cucu, termasuk Irfan Dahlan, putra K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Irfan Dahlan yang belajar di Lahore, Pakistan, pada masa kependudukan Jepang tak dapat kembali ke Tanah Air. Dan akhirnya Ia memutuskan tinggal di Thailand, bekerja sebagai guru agama dan menikahi perempuan bernama Zahara. Memiliki 10 anak dan hingga kini masih tinggal di belakang Masjid Jawa.

5. Gelombang Kedua Kedatangan Orang Jawa

Pada masa Perang Dunia II, gelombang kedatangan orang Jawa ke Bangkok terus berlanjut. Ketika pasukan Jepang menginvasi Burma dan merebutnya dari genggaman Inggris pada akhir 1941, Jepang mendirikan jalan kereta api Thailand–Burma.

Romusha dari Jawa pun didatangkan untuk bekerja di proyek Jepang dan perkebunan. Meski perang berakhir, tak semua orang Jawa kembali ke Indonesia. Sebagian memilih tetap tinggal di Thailand.

6. Budaya Jawa Tetap Mengakar

Ketika kamu mengunjungi Kampung Jawa ini, masih banyak kebudayaan Jawa yang masih dan tetap dilestarikan sama penduduk setempat. Seperti beberapa makanan khas Jawa dengan rasa yang autentik, persis seperti makanan yang dihidangkan di Indonesia. Contohnya, sayur asem, nagasari, dan ambengan nasi kuning.

Bahkan acara kenduri juga masih diselenggarakan sama penduduk Kampung Jawa ini. Termasuk penyebutan untuk istilah acara orang meninggal sebagai wong mati dan acara orang menikah sebagai wong mantu. Cara berpakaiannya pun juga, sebagian lelaki kerap pakai sarung, peci, dan baju koko dalam kesehariannya.

7. Hanya Sedikit Penduduk yang Masih Berbahasa Jawa

Kampung Jawa berpenduduk sekitar 4.000 orang. Sebagian besar penduduk di sini lahir dari keturunan Jawa dan mereka adalah generasi ketiga dan keempat yang menetap di Kampung Jawa di Bangkok. Tapi, cuma segelintir warga di sini yang masih fasih berbahasa Jawa atau Indonesia.

Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh mereka adalah bahasa Thai dan Inggris. Kadang saat ngobrol terselip kata-kata bahasa Jawa atau Indonesia, namun tidak banyak yang benar-benar masih fasih menguasai bahasa leluhur mereka. Wajar aja sih, soalnya mereka lahir dan besar di Bangkok bukan yang benar-benar datang dari Tanah Jawa.

Kampung Jawa di Bangkok
Kampung Jawa di Bangkok

8. Masjid Jawa Berdiri Tahun 1945

Monumen batu granit menuturkan migrasi orang Jawa ke Thailand berbuah izin pendirian sebuah masjid di Sathorn. Lalu masjid ini menjadi pusat pendatang dan para pekerja dari Jawa saat itu. Pada tahun 1945, pembangunan masjid dilakukan dalam masa pemerintahan Raja Phrabath Somdet Phrajula Chorm Krao.

Tanah tempat masjid ini berdiri merupakan tanah wakaf dari seorang pedagang Jawa bernama Muhammad Soleh bin Hasan. Kemudian, ia pun didapuk sebagai imam pertama Masjid Jawa. Keberadaan Masjid Jawa sekaligus mengukuhkan predikat Kampung Jawa sebagai kampung muslim di tengah kota Bangkok.

Berada di tengah-tengah Kampung Jawa, kamu akan menjumpai penduduk setempat menjual makanan dan aneka kue berlabel halal di sepanjang jalan menuju masjid. Ini membuat Kampung Jawa dikenal sebagai destinasi kuliner halal bagi kaum muslim di Bangkok mengingat mayoritas penduduknya menganut agama Buddha.

Selain itu, kamu bakal merasa familier dengan arsitektur Masjid Jawa yang menyerupai Masjid Demak, Jawa Tengah. Ya, Masjid Jawa mempunyai empat pilar utama lengkap dengan atap tumpang, serta tiga pintu masuk dan serambi. Sebuah beduk berdiri di serambi depan. Uniknya, tempat wudu Masjid Jawa memakai pancuran dan ada tempat duduk.

Masjid Jawa Berdiri Tahun 1945
Masjid Jawa Berdiri Tahun 1945

Itulah fakta unik dari Kampung Jawa di Bangkok yang belum banyak diketahui orang.

Yuk agendain buat liburan ke Kampung Jawa, destinasi yang menarik banget nih.. Apalagi kamu keturunan asli Jawa, harus banget sih menyambangi saudara kita yang ada disana. Dan rasakan atmosfer kejawaan saat berada di luar negeri!

Copyright © 2023 - Paket Tour ke Asia 2023
Hubungi Kami via Whatsapp